Saturday, May 12, 2012

BOEING BERIKAN OFFSET KE INDONESIA


Akhirnya Boeing Beri "Offset" kepada Indonesia
| I Made Asdhiana | Rabu, 9 Mei 2012 | 15:12 WIB


Dibaca: 6526



|
javascript:void(0)
http://twitter.com/home?status=Akhirnya+Boeing+Beri+"Offset"+kepada+Indonesia+http://kom.ps/ABXfON+via+@kompascom
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/05/09/15120660/Akhirnya.Boeing.Beri.Offset.kepada.Indonesia#
Share:
KOMPAS/IWAN SETIYAWANPemegang saham Garuda Indonesia secara mayoritas menyetujui pengembangan armada Garuda sejalan dengan akselerasi peningkatan pasar domestik dan regional.

Foto:
JAKARTA, KOMPAS.com - Pabrikan pesawat terbesar di AS, Boeing Company akhirnya akan memberi offset kepada Indonesia. Kepastian tersebut disampaikan oleh Duta Besar Indonesia untuk AS, Dino Patty Djalal, Rabu (9/5/2012) di Jakarta. “Akhirnya Boeing memberi offset ke kita setelah bertahun-tahun kita perjuangkan,” ujar Dino di Kantor Kementerian Perhubungan.
Offset merupakan praktek pemberian kompensasi oleh industri asing sebagai persyaratan dari suatu negara ketika melakukan pembelian. Dalam kasus Boeing ini dilatarbelakangi karena banyaknya pihak industri dari Indonesia dan TNI AU yang membeli pesawat dari Boeing.
Seperti pembelian pesawat udara sipil B737-800NG oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan B737-900ER, B737-Max oleh Lion Air yang jumlahnya lebih dari 20 miliar dollar AS. Selain itu juga ada pembelian pesawat F-16 dan helikopter Apache oleh TNI AU.
Bentuk offset bermacam-macam dan biasanya ditentukan oleh negara pembeli produk berapa prosentase dari nilai keseluruhan transaksi penjualan. Biasanya offset dipakai untuk mengembangkan industri domestik negara pembeli, transfer teknologi, memajukan investasi, dan meningkatkan lapangan pekerjaan.
Selain itu juga untuk mendapatkan teknologi baru, mendukung industri domestik yang strategis, mendapatkan akses terhadap pasar baru, meningkatkan nilai ekspor, dan meningkatkan hubungan dengan perusahanaan multinasional.
Untuk Indonesia, menurut Dino, nilainya lebih dari yang diperkirakan. “Kalau cuma untuk menghidupkan PTDI, maka nilai jumlahnya sangat cukup,” ujar Dino sambil tertawa.
Berkaitan dengan itu, hari ini diadakan diskusi antara stakeholder di bidang transportasi udara untuk merumuskan apa bentuk offset yang akan diminta kepada Boeing.
Selain dihadiri Dino, diskusi juga dihadiri Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Ikhsan Tatang, perwakilan dari GMF, Garuda, Lion, BPPT, PTDI, PT Len, PT Pindad, Susi Air, Kementerian Perhubungan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian BUMN, dan Kementerian Perisdustrian.
“Selanjutnya akan dibentuk tim kecil oleh Dirjen Perhubungan Udara untuk merumuskan apa-apa saja yang nanti akan kita ajukan,” ujar Ikhsan Tatang.

Kamis, 10 Mei 2012









PENERBANGAN

Boeing Tawarkan Kompensasi

Jakarta, Kompas - Produsen pesawat asal Amerika Serikat, Boeing, akhirnya menawarkan kompensasi bagi Indonesia. Kompensasi ini merupakan imbal balik atas pembelian ratusan unit Boeing oleh maskapai Indonesia.

”Kami sudah lama memperjuangkan supaya dapat offset (kompensasi) dari Boeing,” ujar Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat (AS) Dino Patti Djalal, Rabu (9/5), ketika ditemui di Kementerian Perhubungan di Jakarta.
Selama ini, maskapai Indonesia seolah-olah menghidupi Boeing dan memberi pekerjaan bagi warga AS. Lion Air, misalnya, memesan 230 unit Boeing seharga 22,4 miliar dollar AS atau Rp 201 triliun. Sriwijaya Air juga memesan 20 unit Boeing 737-800 NG. ”Nilai kompensasi yang ditawarkan Boeing sudah diketahui pemerintah. Nilainya lebih besar dari yang dibayangkan. Kini, tinggal disusun kompensasi dari penerbangan sipil atau militer,” kata Dino.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Tatang Ikhsan mengatakan, di bawah koordinasi Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bhakti akan disusun proposal ke Boeing. ”Nanti akan diputuskan kompensasinya berupa manufacturing (pabrik), perawatan pesawat, pengembangan SDM (sumber daya manusia), atau penataan ruang udara,” ujarnya.
Tatang mengatakan, apabila ada komponen Boeing yang dibuat di Indonesia sebagai kompensasi dari Boeing, bangsa Indonesia akan bangga. ”Entah kita bikin roda atau sayap,” katanya.
Dino menambahkan, Boeing menginginkan kompensasi dituangkan dalam bentuk kerja sama komprehensif. Tidak ad hoc dan bersifat jangka panjang. Kompensasi serupa pernah diberikan bagi Malaysia, China, dan Korea. Indonesia belum sekali pun mendapat kompensasi meski sudah puluhan tahun membeli Boeing. Umumnya, kompensasi berupa transfer teknologi.
Sebelum kerja sama dengan Boeing, kata Dino, PT Kereta Api Indonesia sudah menjalin kerja sama perawatan lokomotif dengan General Electrics.
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Arfiyanti Samad, mengatakan, pada Juni 2012 digelar Konferensi Pengembangan Bandar Udara. Ini hasil kerja sama Kedutaan Besar AS dan PT Angkasa Pura I. (RYO)

SEMINAR SETENGAH HARI DI KEMENTRIAN PERHUBUNGAN UNTUK MEMBAHAS PAKET OFFSET




Subject: Industrial Cooperation Between Boeing-PTDI (Opportunity
Date: 10/21/2010
CC: yb1bs@yahoo.co.id

Seattle, 21 Oktober 2010
Yth : Bapak Dino Pati Djalal
Duta Besar Republik Indonesia di USA
Assalamualaikum
Pertama-tama kami ingin menyampaikan selamat atas penugasan bapak sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di Amerika Serikat, semoga bapak sukses selalu dalam menjalankan tugas mulia tersebut.
Selanjutnya sebagai tindak lanjut dari pembicaraan Bapak Dubes dengan Dirut PTDI pada tanggal 20 Oktober 2010, atas arahan dari Dirut PTDI, perkenankan kami menyampaikan beberapa informasi yang mungkin bermanfaat untuk melengkapi persiapan kunjungan Bapak ke Boeing pada bulan November yang akan datang .
Informasi yang kami sampaikan ini berawal dari pembicaraan kami beberapa waktu yang lalu dengan berbagai pihak terkait seperti Bapak Rusdi Kirana CEO Lion Air sewaktu beliau berkunjung ke Boeing tahun 2007 pada saat delivery pesawat pertama maupun dalam beberapa kesempatan pertemuan lainnya, dan Bapak Emir Satar, Direktur Utama Garuda Indonesia pada saat beliau mendampingi kunjungan Bapak Presiden RI di Boston tahun 2009, sebagai salah satu upaya untuk memberdayakan industri kedirgantaraan di tanah air.
Program ini dapat disusun melalui paket “The Industrial Cooperation Between BOEING COMPANY-PT.Dirgantara Indonesia” dengan memanfaatkan adanya peluang bisnis atas transasksi pembelian pesawat produksi Boeing oleh maskapai penerbangan Indonesia. Program yang serupa sudah dimiliki antara PTDI dengan Airbus, dimana saat ini PTDI memperoleh pekerjaan pembuatan bagian dari sayap pesawat A380 dari Airbus .
Sebagai informasi sampai saat ini Boeing sudah memperoleh order dari maskapai penerbangan di Indonesia sebagai berikut :
1 178 pesawat B737-900ER dengan Lion Air dan sudah didelivery sampai dengan pesawat # 40 posisi per Oktober 2010 (Boeing delivery record)
2 43 pesawat B737-800NG dan 10 pesawat B777-300 dengan Garuda Indonesia dan sudah didelivery sampai dengan pesawat #15 B737-800NG posisi per Oktober 2010 (Boeing delivery record)
Total nilai pembelian untuk kedua maskapai penerbangan tersebut mencapai nilai USD $18.1 Milyar
Dalam rangka menyeimbangkan (imbal balik) nilai transaksi perdagangan antara Amerika dengan Indonesia dibidang kedirgantaraan, sudah selayaknya pemerintah Amerika/Boeing dapat memberikan paket-paket pekerjaan ke Indonesia dalam hal ini ke PTDI.
Mempertimbangkan kondisi PT.Dirgantara Indonesia saat ini yang memiliki cukup banyak tenaga skilled engineer yang berpengalaman namun lemah di bidang permodalan, maka jenis pekerjaan yang dapat dikerjakan dan dapat menyerap nilai cukup besar dalam paket kerjasama imbal balik yang akan diusulkan adalah pekerjaan Engineering Services. Pekerjaan engineering services sangat mengandalkan skill para tenaga engineer PT.DI yang tersedia cukup memadai, sehingga pekerjaan ini dapat dilaksanakan dengan lancar. Walaupun demikian opsi lainnya untuk paket pekerjaan komponen pun masih dapat dibahas.bersama kalau memang Boeing menghendakinya.
Sebagai informasi saat ini terdapat sekitar 30 tenaga engineer ex-PTDI yang bekerja di Boeing dengan masa kerja 3-10 tahun. Hal ini membuktikan bahwa tenaga engineer PTDI tidak kalah kemampuannya dengan tenaga engineer di USA maupun dari Negara lainnya.
Berdasarkan data dan perhitungan yang pernah disampaikan teman-teman engineer di PTDI, diperkirakan kita akan sanggup menyerap pekerjaan engineering services sampai dengan volume bisnis hingga US$300 juta.
Optimisme ini didasarkan pada kenyataan bahwa pekerjaan engineering services relatif tidak banyak membutuhkan modal kerja dan dapat secepatnya dilakukan dengan memanfaatkan kapasitas engineer PTDI yang saat ini tersedia cukup banyak melebihi kebutuhan program internal perusahaan.
Guna memperlancar proses, pada tahap awal agar tidak mengalami kesulitan dalam hal export compliance dan komunikasi/koordinasi dengan Boeing, kegiatan engineering services dapat dilakukan di Seattle dengan memanfaatkan fasilitas gedung IPTN North America (INA),Inc dan tenaga engineer dari Indonesia (PT.DI) yang didatangkan ke Seattle dengan menggunakan visa L-1 (inter transfer company).
Untuk hal ini kami sudah menjajaki dengan lawyer keimigrasian di Seattle dimana sesuai penjelasan lawyer tersebut cara itu merupakan jalan tercepat untuk mendatangkan tenaga engineer ke Seattle tanpa khawatir mereka lari dan dibajak orang lain (karena hanya bisa bekerja di INA, Inc).
Hal ini perlu diantisipasi mengingat saat ini Homeland Security sangat ketat dan tegas terhadap pelanggaran status keimigrasian.
Penjelasan yang sama juga telah tersampaikan kepada beberapa pejabat terkait dan anggota DPR melalui pendekatan informal selama kami mendampingi mereka ketika kunjungan ke Boeing untuk menyaksikan peluncuran pesawat B737-900ER yang dipesan oleh Lion Air pada tahun 2007, dimana pada saat jumpa pers dengan Ketua Komisi V –DPR pada saat itu menghimbau kepada Boeing untuk dapat memberikan paket pekerjaan imbal balik sekurang-kurangnya 10% dari nilai transaksi yang ada.
PTDI pun sudah berupaya untuk melakukan pendekatan dan pembicaraan dengan pihak Boeing untuk masalah ini, namun response yang positip belum kami peroleh sampai saat ini.
Seperti yang mungkin Bapak ketahui, Aerospace bisnis ini is “ highly political” bagi para pabrikan seperti Boeing dan Airbus. Untuk itu memang diperlukan keterlibatan dari petinggi di Indonesia agar kita dapat meraih peluang bisnis ini dari Boeing.
Kami harapkan dalam kunjungan Bapak Dubes ke Boeing dalam bulan November , peluang ini dapat kita peroleh melalui wadah Industrial Cooperation. Tidak lah berlebihan kiranya jika point Industrial Cooperation ini pun dapat diangkat menjadi salah satu topik/butir kesepakatan dalam kunjungan Presiden Obama ke Indonesia, setidaknya juga akan mengharumkan nama Indonesia jika hal ini terwujud.
Mohon maaf jika kami mengganggu waktu Bapak Dubes dan memberanikan diri untuk menyampaikan informasi ini, karena PTDI melihat peluang yang sangat besar dan jika hal ini terlaksana akan membantu masalah kelangkaan order dan pekerjaan di PTDI, sehingga kemampuan yang ada dari anak bangsa Indonesia dibidang kedirgantaraan dapat dimanfaatkan. Terlampir juga kami kirimkan Company Profile untuk Seattle Technology Engineering Center, sub unit dari IPTN North America yang kami canangkan akan melakukan pekerjaan engineering dari Boeing.
Terima kasih atas waktu dan perhatian Bapak atas perihal yang kami sampaikan..
Sekali lagi mohon maaf kalau penyampaiannya terlalu informal dan mungkin kurang berkenan buat Bapak Dubes.
Salam hormat,
Wassalamualaikum
Gautama Indra Djaja
Direktur Utama
IPTN North America, Inc (US subsidiary Indonesian Aerospace)
Tembusan : Bpk. Budi Santoso - Direktur Utama PTDI






Subject: RE: Proposal Engineering Services
Date: 5/20/2007 12:18:47 PM Pacific Daylight Time
From: dubesri@embassyofindonesia.org
To: mailto:gindra1702@aol.comgindra1702@aol.com






Pak Indra, terimakasih info bpk ttg PTDI/INA. Saya akan bahas dengan pak Suprasetyo as soon as beliau tiba di Washington DC.
Terimakasih dan perkembangan lebih lanjut akan saya khabarkan kpd bpk.

Sudjadnan


From: gindra1702@aol.com [mailto:gindra1702@aol.com]
Sent: Sat 5/19/2007 11:37 AM
To: Dubes R.I.
Subject: Proposal Engineering Services (

Seattle, 19 Mei 2007

Yth : Bapak Sudjadnan Parnohadiningrat
Duta Besar Republik Indonesia di USA

Assalamualaikum

Sebagai tindak lanjut dari pembicaraan bersama dengan Bapak Rusdi Kirana dan Bapak pada saat delivery pesawat pertama di Seattle, kami telah menyiapkan proposal tentang Engineering Services yang dapat kita tawarkan ke Boeing sehubungan dengan tawaran Pa Rusdi Kirana kepada PTDI/INA untuk mengusahakan aliran transaksi balik dari Boeing ke Indonesia sehubungan dengan pembelian pesawat Boeing 737-900ER. Proposal tersebut saya titipikan melalui Bapak Suprasetyo, Atase Perhubungan.

Pendekatan telah kami lakukan sejak event Roll-Out 737-900ER pada bulan Agustus 2006 dan momentumnya meningkat pada saat acara serah terima pesawat pertama bulan April 2007, dan juga pembicaraan terakhir dengan Pa Rusdi Kirana minggu ini di Seattle.
Beliau menyampaikan bahwa dalam waktu dekat akan meningkatkan pembelian pesawat 737-900ER sampai dengan 125 pesawat. Informasi ini menurut Pa Rusdi mohon di keep confidential karena nampaknya akan beliau umumkan pada saat Paris Air Show bulan Juni 2007 mendatang, dimana beliau juga akan mengirimkan pesawat no 3 dengan konfigurasi VIP untuk turut partisipasi dalam event tersebut.

Paket tersebut saya susun berdasarkan data-data dan pemikiran bersama yang disampaikdari teman-teman engineer di PTDI maupun non PTDI yang ada di Indonesia dan kita optimis kita sanggup menyerap pekerjaan engineering services sampai dengan $100 juta .

Idealnya untuk dapat segera memperoleh paket pekerjaan dari Boeing adalah melalui pekerjaan engineering services yang relatif tidak banyak membutuhkan modal kerja dan dapat secepatnya dilakukan dengan memanfaatkan kapasitas engineer PTDI yang saat ini idle. Tahap awal agar tidak mengalami kesulitan dalam hal export compliance dan koordinasi dengan Boeing, engineering services dapat dilakukan di Seattle .Fasilitas di INA dapat dimanfaatkan untuk itu dan teman-teman dari Indonesia dapat didatangkan dengan menggunakan visa L-1 (inter transfer company).
Untuk hal ini saya juga sudah melakukan koordinasi dengan lawyer keimigrasian dan sesuai penjelasan lawyer hal tersebut merupakan jalan tercepat untuk mendatangkan tenaga engineer tersebut ke Seattle tanpa khawatir mereka lari dan dibajak orang lain (karena hanya bisa bekerja di INA, Inc), karena saat ini Homeland Security sangat ketat dan tegas terhadap pelanggaran status keimigrasian.

Penjelasan yang sama juga telah tersampaikan kepada Pak Budi Suyitno, Pa Iing dan Pa Yurlis melalui pendekatan informal selama tiga hari saya mendampingi beliau-beliau dalam kunjungan ke Boeing.

Pa Rusdi Kirana dan Mr. Dinesh Keskar (SVP Sales Boeing) rencananya pada saat ke Indonesia juga akan melakukan courtesy visit ke Menteri Perhubungan yang baru, Bapak Jusman S.D yang juga telah saya bekali proposal yang sama dengan proposal yang saya sampaikan kepada Bapak.

Mudah2an Pa Suprasetyo dapat menjelaskan tentang proposal ini karena kami telah memberikan presentasi singkat tentang proposal ini, sehingga Bpk Dubes dapat lebih jelas mendapatkan inormasi tentang apa yang apa yang akan kami tawarkan.

Mohon maaf saya mengganggu banyak waktunya Bpk Sudjadnan, namun karena saya lihat peluangnya ada dan saya disupport oleh Pa Rusdi Kirana, saya memberanikan diri untuk menyampaikan hal ini kepada Bapak yang mungkin bermanfaat untuk bahan informasi Bapak dalam rangka kunjungan dinas Bapak Dubes ke Indonesia bulan depan.

Terima kasih atas waktu dan perhatian Bapak atas perihal yang saya sampaikan diatas. Sekali lagi mohon maaf kalau penyampaiannya terlalu informal dan mungkin kurang pas buat Bapak Dubes.

Salam hormat,
Wassalamualaikum


Indra


0 Comments:

Post a Comment

<< Home